Cerita di balik panggung Lomba Paduan Suara
Terlepas dari cara warga net dalam menyampaikan kritik dan saran mereka, serta pilihan kata dan tanda baca yang digunakan dalam pesan mereka kepada panitia Lomba Paduan Suara, menurut saya, poin yang disampaikan itu menjadi penting untuk dicatat sebagai materi evaluasi.
Ya, saya membaca semua komentar, keterangan foto (caption), dan status yang masuk dalam notifikasi media sosial Lomba Paduan Suara. Banyak pujian, namun tidak sedikit juga kritikan tajam, dan prasangka tanpa dasar.
Hal-hal yang disampaikan itu merupakan indikator yang baik (minimal buat saya) sebagai Penyelenggara sebuah event kompetisi. Artinya, semakin banyak pihak yang menaruh perhatian, dan mengharapkan event ini terus diselenggarakan serta semakin berkembang.
Persis sama dengan apa yang saya harapkan.
Saya dan teman-teman Penyelenggara, juga menginginkan supaya event Lomba Paduan Suara ini terus eksis, diselenggarakan dengan semakin profesional, terbuka, adil, dan tentunya memberikan kesempatan kepada semua penyanyi dan tim peserta untuk bersenang-senang bersama.
Penyelenggaraan Lomba Paduan Suara
Saya memang seorang Analis Perbankan, namun saya pikir, perjalanan karir ini akan terasa hambar jika saya tidak punya hobi yang disalurkan, dan kontribusi yang diberikan untuk suatu komunitas yang membuat pikiran saya nyaman. Oleh sebab itu, sejak tahun 2017, saya bergabung dalam komunitas paduan suara di kantor tempat saya bekerja.
Tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, saya cukup aktif berperan sebagai penyanyi suara Bariton, yang terkadang ditugaskan untuk menebalkan suara Tenor atau Bass.
Pada tahun pertama itu, saya tergabung dalam tim untuk berkompetisi di Lomba Paduan Suara yang saat itu baru diselenggarakan untuk kedua kalinya. Lomba Paduan Suara itu merupakan sebuah kompetisi yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun kantor tempat saya bekerja.
Pada Lomba Paduan Suara tahun 2017, kami tidak membawa penghargaan apa-apa. Entah saat itu tim saya mendapatkan peringkat berapa. Lalu pada tahun 2018, saya kembali tergabung dalam tim, dan hasilnya, kami mendapatkan penghargaan Juara Harapan II. Senangnya bukan main saat itu.
Sayangnya, sejak tahun 2019, saya mulai jarang bisa hadir dalam sesi latiah paduan suara. Oleh sebab itu, saya menawarkan diri untuk menjadi Panitia Lomba Paduan Suara saja. Setidaknya, masih ada lah kontribusi yang bisa saya berikan untuk komunitas, meskipun tidak ikut dalam barisan penyanyi seperti dulu.
Saya dipercaya sebagai Wakil Ketua Bidang Ketentuan dan Program Kompetisi dalam Lomba Paduan Suara pada tahun 2020, 2021, dan terakhir yang diselenggarakan kemarin pada November 2022.
Konflik Kepentingan (?)
Sejak menjadi Panitia Lomba Paduan Suara pada tahun 2019 (pertama kalinya buat saya), rupanya isu konflik kepentingan memang menjadi fokus dan perhatian utama Panitia setiap tahunnya. Bagaimana tidak, tim paduan suara dari kantor saya, juga menjadi peserta dalam Lomba Paduan Suara yang diselenggarakan oleh kantornya sendiri.
Oleh sebab itu, berbagai langkah mitigasi untuk mencegah konflik kepentingan dan intervensi apapun dilakukan, seperti:
- Setiap informasi terkait kompetisi, disampaikan kepada pelatih dan koordinator tim paduan suara dari kantor saya, pada waktu yang sama dengan penyampaian informasi kepada peserta lainnya.
- Tim paduan suara dari kantor saya, diperlakukan seketat peserta lainnya. Tidak ada privilege untuk mereka. Mereka tentunya juga tidak terlibat dalam diskusi Panitia Lomba Paduan Suara, begitupun sebaliknya.
- Dewan Juri yang ditunjuk merupakan pakar yang profesional, dan tidak boleh ada perwakilan pejabat dari kantor yang menjadi Juri. Oleh sebab itu, setiap tahun dipilih para pegiat paduan suara yang sudah memiliki nama dan track record baik dalam dunia paduan suara. Mereka sangat dikenal, dan beberapa peserta pun pernah dijuri oleh Dewan Juri yang dipilih oleh Panitia ini.
- Dalam melakukan penilaian, Dewan Juri tidak dibatasi obyektifitasnya untuk menggunakan ilmu, pengalaman, pandangan artistik, serta rasa mereka. Semua terserah Dewan Juri.
- Perhitungan nilai dari Dewan Juri dilakukan dengan metode rata-rata tanpa pembobotan, sehingga begitu nilai ditulis oleh Dewan Juri, diinput, lalu langsung muncul nilai dan peringkatnya. Kalibrasi untuk mengbuah nilai pun tidak bisa dilakukan oleh Dewan Juri.
Itu semua dilakukan karena panitia menyadari, bahwa tanpa integritas dan profesionalisme penyelenggaraan yang baik, Lomba Paduan Suara ini tidak akan berkembang, tidak dipercaya, dan bahkan akan ditinggalkan.
Alhamdulillah, dari tahun ke tahun, jumlah peserta Lomba Paduan Suara terus meningkat. Hal itu tentu bisa dijadikan sebagai indikator yang baik bagi penyelenggaraan sebuah kompetisi.
Pada tahun 2019, jumlah peserta sebanyak 21 tim. Tahun 2020, dimana kompetisi diselenggarakan secara virtual karena pandemi COVID-19, jumlah pesertanya sebanyak 15 tim. Pada tahun 2021, kompetisi yang masih diselenggarakan secara virtual memiliki jumlah peserta sebanyak 24 tim. Dan pada tahun 2022, kompetisi kembali diselenggarakan secara fisik dengan jumlah peserta sebanyak 27 tim.
Penyelenggaran Lomba Paduan Suara Tahun 2022
Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa tahun 2022 bukan merupakan tahun yang mudah bagi negeri ini. Suasana penuh keprihatinan menyelimuti kondisi makro dan mikro ekonomi Indonesia.
Hal itu tentunya juga berpengaruh pada penyelenggaraan Lomba Paduan Suara. Dari sisi anggaran, Panitia terpaksa tidak diberi keleluasaan yang cukup. Sebuah kompetisi yang melibatkan banyak pihak, dipatok dengan budget sederhana.
Akibatnya, Panitia Lomba Paduan Suara tahun ini, harus putar otak untuk mengutak-atik kebutuhan sana sini yang semula dianggarkan menjadi harus dipangkas, supaya event ini tetap dapat terselenggara. Panitia memilih hal-hal mana yang paling pokok, maka itu saja yang dieksekusi. Tidak jarang dalam setiap rapat Panitia berujung pada kesimpulan yang memutuskan,
“Oke, yang ini nggak usah saja. Kita nggak ada anggaran.”
Batasan anggaran tentunya bukan hal yang perlu untuk terlalu dikeluhkan. Karena dipahami, bahwa kondisi saat ini tidak membolehkan kita untuk berlebih-lebihan. Ya, sebetulnya dalam kondisi apapun kita juga tidak boleh berlebihan sih ya!
Bahkan, beberapa Panitia juga harus rela untuk merogoh kantong sendiri, karena ada hal-hal pokok yang mau tidak mau harus tetap diadakan, tapi sudah tidak ada lagi alokasi anggaran yang bisa digeser.
Meskipun bisa ditalangi, disadari juga bahwa Panitia memiliki keterbatasan sehingga tidak bisa menutup dan mengadakan semua hal yang dibuthkan.
Pada akhirnya, Lomba Paduan Suara dilaksanakan secara sederhana. Peserta tidak lagi diberikan konsumsi (bahkan sekadar air minum pun tidak) sebagaimana penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya; tidak ada hari khusus untuk melakukan uji coba panggung; ruang tunggu yang kurang nyaman dan memadai; serta masih banyak fasilitas minimalis lainnya.
Bersyukur, Lomba Paduan Suara tahun 2022 ini tetap bisa terselenggara dengan meriah, semua peserta tetap bisa bersenang-senang, dan lomba ini masih bisa menorehkan perasaan bangga serta haru pada hati setiap peserta.
Juara Satu Tahun 2022
Sampai dengan tahun lalu, saya masih agak tenang, karena tim paduan suara dari kantor saya tidak pernah sanggup meraih peringkat wahid, sehingga isu konflik kepentingan tidak terlalu berhembus kencang. Saya pikir, ini juga merupakan buah dari upaya mitigasi yang sudah dilakukan.
Tidak dipungkiri, saat itu, sedikit banyak saya juga meremehkan kapasitas dan semangat teman-teman di dalam tim paduan suara dari kantor saya.
“Berat lah untuk bersaing merebut juara satu!”.
Ya bayangkan saja, tahun 2017 dan 2019 bisa dibilang gagal, tahun 2018 dan 2020 cuma juara haparan, dan tahun 2021 juara tiga, itu pun mungkin karena virtual pikir saya.
Saya lupa, bahwa lima tahun tidak membawa piala juara satu rupanya menyebabkan penumpukan hasrat juara yang semakin kuat. Apalagi, penyanyi dan pelatih yang dipilih dari tahun ke tahun semakin serius dalam menggarap persiapan lomba. Hal itu di luar perhitungan saya. Maafkan saya teman-teman. 😛
Akhirnya, hal yang saya takutkan terjadi tahun ini.
Pada saat memperoleh hasil inputan nilai Lomba Paduan Suara tahun 2022, lalu diurutkan dari peringkat satu sampai dengan peringkat dua puluh tujuh, tim paduan suara dari kantor saya menduduki urutan pertama. Shocked!
Kalimat yang pertama terucap dari bibir saya,”Ugh, gimana ini?! Coba kita cek ulang!”
Pengecekan ulang pun dilakukan. Rupanya sudah benar.
Lalu nilai-nilai itu dibacakan di hadapan Dewan Juri dalam Ruang Rapat Juri.
Setelah mendengar semua nilai, seorang Dewan Juri mengatakan, “Wah, semoga nggak ada yang berfikir ini (penilaian) ada ‘gimana-gimananya’ ya!”.
“Terkait hal itu, kita nggak bisa cegah. Pasti akan ada saja pikiran begitu!”, timpal Ketua Panitia Lomba Paduan Suara yang juga hadir dalam rapat Dewan Juri itu.
“Lalu bagaimana? Apakah Dewan Juri akan melakukan penyesuaian nilai?”, saya memberikan penawaran, maksudnya supaya Dewan Juri mempertimbangkan ulang dengan memperhatikan berbagai aspek teknis dan non teknis kompetisi.
“Aduh, ini kan komponen penilaiannya banyak ya, Saya nggak mau kalau disuruh mikir lagi untuk mengubah ini itu. Sudah saja, dipakai nilai yang ada ini saja. Pusing saya nanti!” ujar Dewan Juri yang lain. Seluruh Dewan Juri pun mengangguk-angguk setuju.
Saya menoleh ke Ketua Panitia, sambil bertanya, “Mas, gimana?”
“Ya sudah kalau keputusan Dewan Juri bulat seperti itu. Kita ketik surat keputusannya sekarang.”
Tak selang berapa lama, pengumuman peraih penghargaan disampaikan.
Pelajaran Berharga
Ya, Lomba Paduan Suara tahun 2022 ini menjadi pelajaran berharga untuk saya.
Saya jadi mengerti, bahwa setiap orang bisa berpikir menurut apa yang mereka inginkan. Sebaik apapun upaya yang sudah kita lakukan, tidak lantas bisa memuaskan banyak pihak dan mencegah timbulnya prasangka yang tidak baik kepada kami. Tidak apa-apa. Bukan kah semua hal di dunia ini bersifat relatif?!
Selain itu, saya juga menjadi paham bahwa terdapat hal-hal yang masih perlu diperbaiki dalam penyelenggaraan Lomba Paduan Suara. Untuk itu, saya akan terus mengawal dan membantu supaya semua pihak yang berkompetisi bisa bersenang-senang, bisa dilayani dengan lebih baik, dan Lomba Paduan Suara ini bisa terus diselenggarakan sebagai kompetisi paduan suara yang semakin bergengsi, diselenggarakan dengan semakin profesional, terbuka, dan adil.
Terima kasih semua. Sampai jumpa tahun depan.